Pendaftaran Kader PDI Perjuangan

Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno, Gubernur Bali Gelar Seminar

  • 11 Juni 2022
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 457 Pengunjung

Denpasar – Gubernur Bali Wayan Koster secara resmi membuka seminar ‘Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno Dalam Bali Era Baru’ pada Senin (6/6/2022), bertempat di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar.

Gubernur Wayan Koster menjelaskan bahwa seminar ‘Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno Dalam Bali Era Baru’ sengaja dilaksanakannya dengan tujuan agar pemahaman masyarakat tentang ajaran-ajaran Bung Karno berkaitan dengan kebangsaan itu terus disuarakan dan disampaikan ke masyarakat.

“Bahwa sebagai bangsa, kita ini dibangun oleh proklamator kita, pemimpin pergerakan kita di Indonesia yang mengantarkan Indonesia menjadi negara yang merdeka,” ujar mantan Anggota DPR RI 3 periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini.

Bung Karno, menurut Gubernur Bali tidak saja menjadi pemimpin pergerakan, menjadi proklamator dan menjadi Presiden pertama RI, lebih dari pada itu telah memberikan ajaran-ajaran yang sangat fundamental bagi masa depan bangsa Indonesia. Tidak saja membangun spirit masyarakat Indonesia ketika melawan penjajahan, tapi juga membangun spirit bagaimana agar bangsa ini setelah merdeka terus memiliki spirit yang kuat untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan – pembangunan sesuai konteks perkembangan zamannya.

Lebih lanjut Wayan Koster menjelaskan, itulah sebabnya generasi penerus harus memahami dan dapat mengetahui sejarah panjang bagaimana pemimpin bangsa Indonesia terdahulu berjuang, hingga mengantarkan Indonesia saat ini ke pencapaian pembangunan yang dilaksanakan.

“Saya harapkan di seluruh Indonesia supaya kita mengenal sejarah atau Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, red). Untuk itu kita harus ingat, bahwa keberadaan kita hari ini, itu ada yang menggerakan, mengkreasikan, dan menciptakan serta menuntun jalan untuk mencapai segala aspek pembangunan di seluruh Indonesia,” ungkap orang nomor satu di Pemprov Bali ini.

Gubernur Bali asal Desa Sembiran Buleleng ini menyebutkan bahwa Bung Karno tidak saja mewariskan nilai-nilai yang luar biasa, tapi juga mewariskan pembangunan-pembangunan fisik yang sangat monumental.

“Jadi Bung Karno itu adalah sosok yang sangat komplit, memiliki pengetahuan dengan membaca referensi yang cukup banyak, sehingga beliau bisa merumuskan tentang bagaimana masa depan Indonesia, bagaimana ideologi Indonesia dengan Pancasila yang dibangun oleh beliau, dan kemudian juga memberikan arahan untuk membangun bangsa ini yang dituangkan dalam konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana,” tutur Gubernur Wayan Koster.

“Satu tahun setelah Pemilu 2014 atau maju ketiga kalinya sebagai DPR RI, mulai ada wacana Gubernur Bali dan nama saya disebut-sebut, maka mulai tahun 2016 yang lalu, saya berinisiatif saja (Saat itu tidak tahu akan ditugaskan sebagai Calon Gubernur Bali oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, red) menulis tentang Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan ada saja orang yang tidak dikenal datang membawa referensi tentang Bali dan saya baca selama setahun lamanya, serta saya kasik tanda buku itu satu persatu untuk saya rumuskan sesuai konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana untuk dijalankan di Pulau Bali,” jelas Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini yang disambut tepuk tangan.

Mantan Peneliti Balitbang Depdikbud dari tahun 1988 sampai 1994 ini meyakini sekiranya Bangsa Indonesia harus menjalankan konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana yang digagas oleh Bung Karno dan dirumuskan oleh sekitar 600 pakar itu.

“Saya kira Indonesia ini akan jauh lebih maju dari pada kondisi yang kita lihat saat ini dan akan menjadi negara yang sangat kuat dengan memiliki nilai-nilai kehidupan bangsanya, juga bagaimana membangun perekonomiannya dan penuh dengan nilai budayanya,” ujar Wayan Koster.

Gubernur menyebutkan bahwa dengan berakhirnya kepemimpinan Bung Karno sebagai Presiden pertama RI, maka konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana ini juga ikut hilang di masa pemerintahan selanjutnya.

“Walau Indonesia terbebas dari penjajahan negara lain, tapi Indonesia terus mengalami penjajahan ekonomi sampai sekarang dan kita ini masih dikuasai oleh mafia impor,” ungkap Gubernur Wayan Koster, menegaskan.

Dalam melawan penjajahan ekonomi di Bali, Wayan Koster akan menampilkan Garam Bali, Arak Bali, Beras Bali, Endek Bali, Busana Adat Bali, Aksara Bali dan semuanya Bali sesuai pelaksanaan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi Dan/Atau Destilasi Khas Bali, Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali / Kain Tenun Tradisional Bali, dan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pemanfaatan Produk Garam Tradisional Lokal Bali.

Ini dilakukan Gubernur Bali dalam rangka memperkuat Bali secara fundamental, berkarakter, berjati diri, mempunyai nilai-nilai kehidupan yang kokoh sekaligus juga membangun perekonomiannya dengan infrastruktur.

“Kita tidak cukup hanya hidup dengan nilai-nilai filosofi sebagai sumber untuk menjalankan kehidupan agar berkebudayaan dengan sopan santun, beretika, memiliki tata krama, tapi kita ini harus survive dan sejahtera,” tegas Gubernur Bali dengan nada semangat.

Ke depannya, menurut Wayan Koster, ekonomi di Bali ini harus dibangun, tapi jika ekonomi dibangun tanpa infrastruktur tidak akan pernah berjalan maksimal.

“Sebagai daerah wisata dunia, Bali harus punya infrastruktur, tidak saja untuk pariwisata bahkan untuk menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru dan mengimbas kepada lingkungannya, sehingga dia berdampak secara lebih luas menjadi perekonomian masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaannya,” ungkap Gubernur Wayan Koster.

Itulah sebabnya, begitu dilantik menjadi Gubernur Bali, Wayan Koster mengaku langsung menjalankan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang berakar dari budaya Bali dan melaksanakan pembangunan secara seimbang antara Bali Selatan, Utara, Timur, Barat dan Bali Tengah.

“Karena selama ini arahan pembangunan di Bali itu tidak pernah ada, dan terlalu numplek di selatan dan akibatnya ketimpangan ekonomi pun terjadi, perpindahan penduduk dari Bali Utara, Bali Timur, Bali Barat semua jadi numplek ke Denpasar dan Badung,” imbuhnya, menandaskan.

Di penghujung sambutannya, Gubernur Bali menyatakan bahwa dirinya bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati saat ini sedang gencar menata pembangunan Bali untuk menuju Bali Era Baru sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno, yaitu Berdaulat secara Politik, Berdikari secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam Kebudayaan melalui pembangunan infrastrukturnya yang dimulai dari : 1) Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih; 2) Kawasan Pusat Kebudayaan Bali; 3) Shortcut Singaraja – Mengwitani; 4) Tol Jagat Kerthi Bali; 5) Pelabuhan Segitiga Sanur di Kota Denpasar; 6) Pelabuhan Segitiga Sampalan di Nusa Penida, Klungkung; 7) Pelabuhan Segitiga Bias Munjul di Nusa Ceningan, Klungkung; 8) Bali Maritime Tourism Hub; 9) Bendungan Sidan; 10) Bendungan Tamblang; dan 11) Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali.

Seminar ini menghadirkan narasumber yaitu I Gusti Ngurah Kusuma Kelakan, Anggota Komisi VIII DPR RI, Anak Agung Gede Oka Wisnu Murti, pakar politik dan dosen Universitas Warmadewa, Prof I Wayan Ramantha sebagai pakar ekonomi dan guru besar di Universitas Udayana, serta Prof I Wayan ‘Kun’ Adnyana sebagai pakar budaya dan Rektor Institute Seni Indonesia Denpasar, dengan moderator I Ketut Sumarta.


  • 11 Juni 2022
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 457 Pengunjung

Berita Terkait Lainnya