Pendaftaran Kader PDI Perjuangan

Gelar Bimtek di Bali, Made Urip Paparkan Tantangan Pembangunan Pertanian

  • 15 Maret 2023
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 392 Pengunjung

Denpasar – Menindaklanjuti program Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik) yang diluncurkan Kementerian Pertanian RI pada medio Desember 2022, Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, I Made Urip yang membidangi urusan pertanian, pangan dan maritime, bersama dengan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang (Polbangtan Malang) sebagai unit pelaksana teknis Kementan melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) peningkatan kapasitas penyuluh pertanian dan petani, berlokasi di Green Kubu Café Kabupaten Gianyar Provinsi Bali, Rabu (15/3/2023).

Bimtek diikuti oleh 100 orang peserta terdiri penyuluh, petani dan anggota P4S yang  berasal dari kabupaten Gianyar, dibuka oleh I Made Urip anggota Komisi IV DPR RI dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dapil Provinsi Bali.

Program Genta Organik merupakan upaya BPPSDMP Kementan mendorong petani bersama penyuluh mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik (kimia) dan menerapkan pemupukan berimbang, guna menjaga kesuburan tanah sekaligus menunjang nutrisi bagi tanaman.

Dalam pemaparannya, I Made Urip mengatakan bahwa terdapat lima masalah di sektor pertanian yang menjadi tantangan pembangunan pertanian yakni: Pertama, rendahnya minat regenerasi muda untuk terjun ke dunia pertanian terlihat dari statistik sebesar 61% petani berusia > 45 tahun. Padahal, generasi muda adalah generasi penerus sekaligus kunci keberhasilan sektor pertanian.

Jika tidak segera ditangani, ketahanan pangan nasional akan sulit dicapai bangsa ini. Salah satu program yang mulai banyak digerakkan adalah modernisasi pada pertanian itu sendiri sehingga tampak lebih baik. Pertanian digital adalah hal yang menarik untuk mengubah citra pertanian menjadi bisnis yang menarik.

Kedua, rantai niaga yang merugikan petani Kesenjangan pembagian keuntungan yang didapat antara petani dan distributor, petani yang paling banyak dirugikan. Hasil yang didapat tidak sebanding dengan resiko yang dialami petani. Kondisi demikian yang menyebabkan pekerjaan sebagai petani tampaknya tidak menjanjikan.

Keuntungannya tak seberapa, belum lagi dihitung dengan kerugian ketika cuaca tidak mendukung ataupun serangan hama. Untuk itu, diperlukan sarana yang mampu memotong rantai perniagaan yang cukup panjang untuk komoditas pertanian.

"Harapannya, petani mampu menyediakan produknya secara langsung ke konsumen sehingga keuntungan yang diperoleh petani pun meningkat," ujarnya.

Ketiga, teknik budidaya kurang presisi yang dimaksud di sini adalah bertani dengan teknik yang benar dan tepat guna. Di lapangan, pertanian dilakukan berdasarkan naluri dan pengalaman. Jarang sekali petani di Indonesia yang berasal dari kalangan terdidik yang sudah memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang pertanian.

Ia mencontohkan misalnya, pemberian pupuk dengan dosis yang tepat, penanganan hama yang benar, ataupun proses pasca panen yang seharusnya dilakukan sehingga nilai jual produk lebih tinggi.

Keempat, benih yang digunakan sebagai bahan tanam bukanlah benih bersertifikat. Idealnya, pemerintah melalui kelembagaan pertanian melengkapi pengetahuan masyarakat tani dengan menurunkan penyuluh pertanian.

Tantangan kelima, alih fungsi lahan banyak terjadi di pulau Jawa, padatnya penduduk dengan tingkat kebutuhan yang tinggi menyebabkan lahan-lahan pertanian diubah menjadi perumahan dan gedung-gedung bertingkat. Produktivitas yang tidak seberapa ditambah dengan lahan yang semakin sempit menyebabkan perekonomian petani semakin terhimpit. Selain masalah di atas, pastinya masih banyak masalah lainnya yang perlu segera untuk diselesaikan.

"Penyelesaian masalah tersebut tentunya harus didukung oleh seluruh elemen masyarakat yang terlibat mulai dari petani hingga pemerintah," ujar Made Urip.

Dia mengatakan, kegiatan bimtek merupakan wujud kehadiran pemerintah mendampingi masyarakat petani untuk turut menyelesaikan masalah masalah yang selama telah membelit petani dalam melakukan usahatani. 

Karena, lanjut dia, sampai saat ini sektor pertanian masih menjadi penopang ketersediaan pangan di Indonesia yang paling penting. Menghadapi persoalan pertanian di Indonesia perlu keikutsertaan berbagai sektor yang terlibat dalam berbagai program yang telah di gelontorkan oleh pemerintah.

Materi bimtek kali ini adalah tentang penerapan pupuk organik dan agensia hayati pada tanaman untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan. Pemilihan materi ini dikarenakan akhir-akhir ini pupuk subsidi semakin langka saat diperlukan petani. Hal ini selaras dengan program yang telah dicanangkan Gubernur Bali yakni menargetkan 45 ribu hektare sawah menghasilkan padi organik.

Pemateri berjumlah dua orang berasal dari Polbangtan Malang Dr. Eny Wahyuning, SP, MP Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Kabupaten Gianyar I Ketut Punia yang akan menyampaikan teori tentang penerapan pupuk organik dan agensia hayati serta praktek pembuatan pupuk organik.

Kedua pemateri menyampaikan bahwa tantangan pertanian ke depan sangat kompleks, sehingga kreatifitas para petani untuk mengantisipasi berbagai persoalan yang akan menjadi tantangan para petani. Pertanian harus mampu menghasilkan produk pangan yang murah dan terjangkau oleh masyarakat.

"Oleh karena itu harus mampu memanfaatkan bahan hayati potensial yang ada di sekitar kita sebagai bahan pupuk yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman," ujar Eny, dosen Polbangtan Malang.


  • 15 Maret 2023
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 392 Pengunjung

Berita Terkait Lainnya