Pendaftaran Kader PDI Perjuangan

Wujudkan Bali Bebas Stunting, Kariyasa Adnyana Gelar Sosialisasi bersama BKKBN

  • 21 Juli 2022
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 477 Pengunjung

Singaraja - Pencegahan stunting atau gizi buruk pada anak merupakan program prioritas Pemerintah dan menjadi tanggungjawab bersama demi mewujudkan generasi unggul, sehat dan cerdas. Peran serta pemerintah, akademisi, stakeholder maupun masyarakat sangat berpengaruh dalam pencegahan stunting di masyarakat.

Untuk itu, Komisi IX DPR RI dapil Bali Ketut Kariyasa Adnyana bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengawali kampanye dan penyuluhan pencegahan stunting di Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Senin (18/7/2022).

Deputi BKKBN Bidang Pengendalian Penduduk Bonivasius Prasetya Ichtiarto, menjelaskan, dalam mengimplementasikan berbagai program prioritas penurunan stunting, diperlukan sinergi dari berbagai pihak mulai dari komunitas, pemerintahan, hingga kalangan akademisi.

Sehingga kegiatan ini juga menyasar edukasi terhadap Tim Penggerak Keluarga (TPK) sebagai pelopor dalam keluarga dan lingkungan untuk melakukan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan stunting. Bahkan, sejumlah pasangan calon pengantin turut dihadirkan.

”Tentu dalam penerapan di lapangan kami harus bergandengan tak hanya dengan pemerintahan, kami juga memiliki program dengan kalangan mahasiswa dimana nantinya disosialisasikan dalam kuliah kerja mandiri atau pengabdian masyarakat” ujar Bonivasius.

BKKBN, kata dia, berharap kegiatan yang masif dilakukan seperti di Desa Banjarasem ini akan berdampak signifikan terhadap capaian target penurunan stunting di tingkat nasional karena kegiatan serupa juga dilakukan di seluruh Indonesia. Diketahui, prevalensi stunting secara nasional di angka 24,4 persen.

Anggota komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana, menyampaikan, pencegahan stunting merupakan program prioritas pemerintah pusat yang dikoordinir oleh BKKBN. Sehingga meskipun kondisi perekonomian negara sedang terganggu akibat pandemi, program ini tetap berjalan.

Putra Busungbiu, Buleleng ini mewanti-wanti menjelaskan kepada masyarakat setempat, khususnya calon pengantin agar memiliki pengetahuan yang cukup tentang pencegahan stunting agar melahirkan generasi unggul untuk Indonesia tangguh.

Lebih lanjut, Kariyasa mengungkapkan, salah satu alasannya terjun ke dunia politik adalah untuk membantu merealisasikan program-program masyarakat. “Contohnya sosialisasi stunting ini. Kalau saya tidak memilih jalur politik, mungkin saya tidak berada di sini sekarang untuk membantu masyarakat,” tegasnya sembari menyebut kegiatan serupa berlanjut secara maraton di Kabupaten Tabanan dan Bangli.

Bupati Buleleng yang diwakili Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPKBPPA) Kabupaten Buleleng Nyoman Suyasa, menambahkan, stunting merupakan permasalahan kesehatan berkelanjutan yang wajib mendapatkan perhatian serius semua pihak.

Menurutnya, perbekel atau kepala desa punya peran strategis mengidentifikasi bayi-bayi di wilayahnya sehingga stunting bisa dihindari. “Kegiatan ini menjadi momentum menuju Buleleng bebas stunting,” harapnya.

Pada kesempatan itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, MARS., M.For., menyajikan materi “Wujudkan Kembali Bali Bebas Stunting”.

Birokrat asal Tabanan ini menekankan tentang pentingnya pola hidup sehat, perencanaan keluarga dan usia ideal seorang wanita melahirkan, 35 tahun. “Sekarang yang ditekankan bukan dua anak cukup, melainkan bagaimana membangun anak berkualitas. Perhatikan juga 1000 hari awal kehidupan, jika bayi berpotensi stunting, berikan ASI full enam bulan tanpa makanan tambahan,” kata perempuan yang akrab disapa Luh De.

Perbekel Banjarasem Made Sirsa bersyukur desanya dipilih sebagai sasaran pencegahan stunting. Hingga saat ini, menurut Sirsa prevalensi stunting di desanya berjumlah 3 persen dari total penduduk.

Meski tergolong kecil, stunting harus dapat ditekan bila perlu ditiadakan. Melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) secara sistematis dirinya yakin masyarakat Banjarasem terbebas dari stunting. “Kuncinya mengedukasi calon pengantin, nikah, pascanikah, hamil, melahirkan hingga merawat pertumbuhan anak,” pungkasnya.


  • 21 Juli 2022
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 477 Pengunjung

Berita Terkait Lainnya