Pendaftaran Kader PDI Perjuangan

Warung Nang Uja, UMKM yang Lahir dari Kegiatan Partai

  • 01 Agustus 2022
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 676 Pengunjung

Berawal dari hobi ngelawar, kader PDI Perjuangan Bali ini mencoba mengepakkan sayap ke bisnis kuliner. Dorongan temannya di partai membulatkan tekadnya untuk memulai bisnis pada tahun 2015 silam.

I Wayan Puja, S.T. yang merupakan sarjana teknik sipil jurusan manajemen konstruksi UNHI ini memang memiliki hobi yang bisa mengumpulkan teman. “Awalnya kan kumpul-kumpul, terus pas kumpul selalu jadi tukang bikin lawar. Pas acara kumpul, baik itu acara konsolidasi partai, teman-teman ada yang nyaranin buka warung aja,” kenang pemilik warung Nang Uja ini.

Nama warung Nang Uja juga konon disarankan oleh temannya. Nang Uja sendiri berasal dari kata Nanang dan Uja. Nanang artinya ayah dalam Bahasa Bali dan Uja dari nama Puja. Konsep warung Nang Uja ini yaitu sebagai tempat makan dimana pengunjungnya bisa menikmati santapan di dalam pekarangan rumah Wayan Puja. Hal ini karena lokasi warung di pinggir jalan memang kurang luas. Akhirnya pengunjung diarahkan masuk ke pekarangan dengan konsep rumah adat Bali berupa bale-bale.

Warung Nang Uja buka dari jam 11 pagi sampai 7 malam dan berlokasi di Jalan Raya Pantai Gumicik no 12, Ketewel. Awalnya tahun 2014 Wayan Puja mengaku sering kumpul bersama kader partai PDI Perjuangan setelah pemilu pileg. Selesai acara kumpul di lokasi hajatan kegiatan partai, akhirnya dia dan teman-temannya pindah lokasi kumpul ke rumah Wayan Puja untuk membuat lawar. “Kenapa tidak bikin warung saja? Saran seorang teman kader. Ini hobi yang bisa menghasilkan dan ada nilai tambah,” ujar Puja.

Akhirnya garase mobil di rumah Wayan Puja digusur untuk dijadikan warung. Dirinya beralasan membuka warung di rumah karena teman-temannya sudah banyak yang mengetahui lokasi rumahnya. “Kalau cari tempat lain, kurang praktis karena sekarang semuanya sudah bisa diakses di medsos. Anggap saja teman yang datang main kesini sekalian makan,” jelas pria kelahiran 11 Juli 1972 ini.

Makanan yang dijual di Warung Nang Uja antara lain lawar plek khas Ketewel, tum babi, soto babi, balung ayam dan babi. Paket nasi campurnya dijual seharga Rp 25.000 sudah termasuk minuman. Warung Nang Uja menerima pesanan untuk berbagai kegiatan dan kemasannya dibuat dengan ramah lingkungan alias tidak memakai plastik. Warung Nang Uja juga mengoptimalkan zero waste dan memiliki tempat pengolahan sisa sampah usahanya sendiri.

Meski sudah berdiri selama 7 tahun, warung Nang Uja masih memilik kendala terhadap modal untuk mengembangkan usaha. Wayan Puja mengaku menargetkkan bisnisnya untuk swadaya atau hanya menggunakan dana pribadi dari hasil profesinya mengerjakan proyek. Saat ini dia berencana merenovasi warung di pinggir jalan utama agar lebih instagrammable.

Wayan Puja sudah aktif sebagai kader partai sejak masih bersekolah di STM Denpasar dan sudah melakakukan kewirausahaan sejak dulu. Sebelum membuka warung, dirinya mengaku pernah menjual kerajinan di pasar dan menjadi vendor untuk menyiapkan kerajinan produk kayu ekspor. Sayangnya hal tersebut harus berhenti karena ada kejadian bom Bali.

Warung Nang Uja merupakan bisnis keluarga. Wayan Puja berusaha mengajarkan anaknya berkewirausahaan sejak kecil dan tidak memberikan uang bekal, tapi dari gajinya bekerja di warung. Bisnis kuliner Nang Uja dipersiapkan untuk mengisi masa pensiun Wayan Puja. Ia berharap kedepannya bisa menjadikan Warung Nang Uja menjadi mitra kerja sama di tempat lain atau sebagai franchise.

Saat ini pelanggannya mayoritas dari warga lokal dan kader partai. “Teman-teman kader Karangasem, Bangli dan Gianyar singgah disini sebelum ke Denpasar. Selain usaha kuliner, saya juga sedang membuat bisnis lain, yaitu VCO dan sabun dari enco enzim untuk dijual di kalangan terbatas,” tutup Wayan Puja. (Bgs).


  • 01 Agustus 2022
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 676 Pengunjung

Berita Terkait Lainnya