Pendaftaran Kader PDI Perjuangan

Gemas dengan Ulah WNA, Megawati Minta Stop Bangun Hotel dan Batasi Kunjungan Wisman

  • 05 Mei 2023
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 335 Pengunjung

Denpasar –  Warga negara asing (WNA) yang berulah di Bali membuat  Megawati gemas, ia meminta Wayan Koster selaku Gubernur Bali jangan sampai Bali dijajah orang asing. Dalam sambutannya pada Seminar Haluan Pembangunan Bali Masa Depan 100 Tahun, di The Trans  Resort Hotel, kemarin (5/5/2023). Megawati meminta Wayan Koster menghentikan pembangunan hotel besar karena akan mengubah Bali seperti Hawai.

Mantan Presiden Republik Indonesia ini  menyoroti Bali yang banyak berubah. Berbeda dengan dulu saat pertama kali dia datang ke Bali bersama dengan ayahnya, Soekarno. Saat itu dia berusia sekitar  7 tahun  1950-an. Kini,  banyaknya alih fungsi lahan, bangunan seperti hotel dan kafe-kafe yang menjamur, ia meminta Gubernur Bali Wayan Koster untuk menyetop izin pembangunan hotel. Selain itu juga, ia menyinggung tidak ada orang Bali asli memiliki hotel besar.

“Nah, apa toh dalam rekaman saya ini pada waktu itu Bali itu sangat sejuk tapi hangat. Dan kalau kami dari Denpasar kalau menginap di Tampaksiring itu menurut saya sangat kehilangan. Melihat  sawah menguning  sayup-sayup kalau saya dengar kalau tidak suara suling itu adalah membaca Weda-Weda. Bisa sampai suara itu di jalan,” ucapnya.

Megawati yang memiliki darah Bali karena neneknya berasal dari Buleleng ironis melihat ulah warga negara asing (WNA). Salah satunya video pecalang dicaci maki warga asing saat Nyepi. Katanya, ia  mengatakan masih orang Bali walau seperempat, ia meminta Gubernur Bali Wayan Koster menyelamatkan Bali  dengan menjabarkan ide untuk 100 tahun lagi.

“Jelek-jelek saya seperapat Bali, Saya bilang ke Wayan Koster, Kamu apakan Bali. Jangan enak-enak baru jadi orang Bali. Coba saja lihat video yang viral ketika Nyepi itu orang asing seenaknya sendiri. Saya lihat pecalang, saya anggap polisi adat. Sombong sekali orang asing ini. Bukan saya anti asing lho,” tuturnya.

Lanjutnya, ia tidak ingin Bali kedepannya seperti Hawaii banyak bangunan di sepanjang pantai. Jangan sampai seni dan budaya Bali hilang. Mega mencontohkan seperti  sekaa gong di desa-desa. Mega sempat  merah ke Koster, meminta berhenti membangun hotel-hotel supaya   warga Bali sejahtera dan makmur ,”Lah terus mau jadi apa, saya juga marah sama beliau ( Wayan Koster,red) sudah berhenti itu bikin hotel-hotel,” tegasnya.

Bahkan, rencana bandara Bali Utara ditolak dan meminta Joko Widodo membatalkan rencana tersebut. Sebab, menurutnya jangan karena obsesi  mendatangkan wisatawan sampai berjuta-juta mengubah Bali. “Pertanyaan saya yang untung siapa, rakyat atau pemilik hotel dan sebagainya. Saya tidak anti pembangunan, tapi berhenti deh, “ ucapnya.

Ia mencontohkan seperti di London dan Prancis mencari izin hotel sangat susah. Berbeda dengan di Indonesia khususnya Bali, bangunan lama dan arsitektur Bali  sudah jarang ditemukan. Jika terus ada pembangunan tidak akan ada yang datang ke Bali.  “Saya tanya mana Cok Ace, dia pengusaha dan puri orang Bali yang punya hotel besar ada berapa. Terus mau seperti ini. Boleh saya tidak peduli suatu saat tidak akan ada yang datang ke Bali,” paparnya.

Wanita yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN ini juga menyinggung kafe-kafe yang berjamur. Apakah memiliki izin? Jika tidak ia minta ditertibkan. Mega meminta Koster untuk menjaga lahan subur,  menghentikan konversi tanah subur, menjaga pertanian supaya masyarakat bali sejahtera dan makmur. Jangan sampai juga rakyat Bali seperti rakyat Betawi di Jakarta yang tersingkirkan. “Orang Betawi sekarang maaf banget kenyataan begitu. Habislah sekarang terpinggir-terpinggir. Kalau 100 tahun tetap harus begini. Orang asing taati aturan,” imbuhnya.

Megawati meminta Imigrasi Bali  terus memelototi dan mengawasi orang asing. Ia gemas melihat kelakukan WNA yang berulah, menjajah masyarakat Bali, Kalau saya yang dimaki saya tabok,”  celotehnya.

Menanggapi masukan Megawati, diwawancarai usai acara, Wayan Koster sepakat untuk menghentikan alih fungsi lahan perihal pertanahan. Untuk menghentikan pembangunan hotel akan melakukan  pengendalian pariwisata supaya tidak  ada lagi pariwisata massal dan murah seperti kasus-kasus belakangan ini. Ke depannya akan  memberlakukan sistem kuota kunjungan wisatawan mancanegara  ke Bali.

“Soal pertanahan stop alih fungsi lahan. Saya sangat setuju dan pengendalian pariwisata supaya tidak massal dan murah. Seperti kasus belakangan ini,” ucapnya.

Koster sangat bersyukur acara  seminar ini sukses dan respons peserta yang antusias. Ada masukan dari tokoh adat, budaya, praktisi, akademisi, dan juga masukan dari Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). “Pada intinya semua setuju dengan konsep Haluan Pembangunan Bali Masa Depan 100 tahun Bali era Baru. Ada yang diwariskan untuk generasi ke depan lebih survive, tangguh dan berkualitas. Lebih baik dari yang dinikmati saat ini,” terangnya.

Dipaparkan jumlah kunjungan Wisman sebelum Covid-19 sebanyak 6,3 juta, ke depannya akan lebih selektif untuk mewujudkan  pariwisata yang berkualitas yang menjaga budaya dan kearifan lokal Bali. Oleh karena itu harus ada assignment. “Apakah dibatasi dengan kriteria. Diperketat lagi,” ucapnya.  Akan  dibatasi dengan syarat termasuk jumlah uang yang dibawa ke Bali. “Jangan sampai dia misalkan bawa uang Rp 10 juta tapi tinggal sampai sebulan,” terangnya.

Pengendalian pariwisata ini akan berdampak pada pembangunan dan alih fungsi lahan. Pihaknya  tidak serta merta memberhentikan pembangunan tapi lebih selektif menerima wisatawan. “Cukup Badung yang ramai daerah lain kayak di Bangli, Tabanan dan Buleleng jangan dibuat begitu kalau dibuat begitu daya di  Bali akan hilang . Jadi lebih selektif dan terkendali,” ucapnya.


  • 05 Mei 2023
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 335 Pengunjung

Berita Terkait Lainnya